Mengenai Saya

Foto saya
IKADI Daerah Kaupaten Padang Pariaman adalah merupakan Organisasi Islam yang bergerak di bidang Dakwah, Pembinaan dan pendidikan Islam. sekretariat IKADI Padang Pariaman di Mesjid Baitul Makmur Kapalo Koto Kec.Nansabaris Padang Pariaman.

Rabu, 14 Maret 2012

Pelatihan Imam dan Khatib






Alhamdulillah Pelatihan Imam dan Khatib sukses diangkatkan pada tanggal 11 Maret 2012 di Mesjid Baitul Makmur Kapalo Koto Ke. Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariman.
Acara yang di buka oleh ketua IKADI PD Padang Pariaman H. Budiman,Lc, MA. dan didampingi oleh Sekretaris Yukendra Abdullah,S.Pd.I yang langsung menjadi Ketua Panitia dalam acara pelatihan ini.

Rabu, 21 September 2011

Mewaspadai Perangkap Umniyah dalam Berdakwah



SENIN, 16 MEI 2011 ZULHAMDI

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنْسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (52) لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ (53) وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (54).

"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan terhadap umniyah (keinginan) itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat. Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus." (Al Hajj: 52-54)

Umniyah atau keinginan dan cita-cita mulia para penyeru dakwah, kadang kala sering disusupi oleh setan. Sehingga para dai perlu waspada akan fitnah yang bakal ditimbulkan dari bahaya bisikan tersebut. Kemudian para penyeru dakwah yang mengetahui kebenaran itu hendaklah selalu menjadikan Al Quran sebagai acuan dalam bergerak, sehingga hati mereka selalu tunduk dengan manhaj Allah. Begitulah bunyi ayat di atas mengisyaratkan

Dalam mengupas ayat ini Shohibul Zhilal mengatakan: "Sesungguhnya para Rosul ketika dibebankan kepada mereka tugas menyampaikan risalah kepada umat manusia, perkara yang paling mereka senangi adalah berbondong-bondongnya manusia menyambut dakwahnya dan umat mengetahui kebenaran yang mereka bawa dari sisi Allah sehingga manusia mengikutinya. Namun rintangan di jalan dakwah sangatlah banyak, sementara para rasul itu adalah manusia yang memiliki keterbatasan. Mereka sangat menyadari hal ini, maka merekapun berangan-angan agar manusia tertarik kepada dakwah dengan jalan dan cara lain yang cepat."

Sebab turun ayat di atas menurut ahli tafsir diantaranya Ibnu Katsir: "Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa orang musyrik berkata, "Seandainya Muhammad menyebut berhala-berhala kami dengan sesuatu yang baik, pasti kita akan mempercayainya dan sahabat-sahabatnya. Namun dia tidak menyinggung apapun tentang orang-orang yang berbeda agama dengannya seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani dengan celaan dan keburukan seperti yang dikatakan terhadap berhala-berhala kami." Pada saat itu nabi dan para sahabatnya telah mencapai puncak penderitaan dan pendustaan, Rasulullah merasa sedih hatnyai, dan menginginkan hidayah Allah bagi mereka. Setelah Allah menurunkan surat An Najm dan sampai pada firmannya:

أَفَرَأَيْتُمُ اللاتَ وَالْعُزَّى . وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الأخْرَى . أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الأنْثَى

"Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) mengaggap al Lata dan al Uzza, dan Manah yang ketiga, (sebagai anak perempuan Allah." )." Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk-Nya yang perempuan? (An-Najm: 19-21)

Setan menambahkan beberapa kata disana:

وإنهن لهن الغرانيق العلى. وإن شفاعتهن لهي التي ترتجى

"Sesungguhnya thagut-thagut itu memiliki burung yang tinggi. Dan sesungguhnya syafaatnya sangat di harapkan."

Dua kalimat itupun merasuk ke dalam setiap hati orang-orang musyrik di Mekah, lidah mereka menuturkan secara luas dan mereka bergembira karenanya.

Setelah Rasulullah menyelesaikan bacaan akhir surat an Najm, beliau melakukan sujud tilawah, dan bersujud pula seluruh yang hadir pada waktu itu, baik muslim maupun musyrik. Kedua kelompok inipun sama-sama terkejut atas sujud yang dilakukan oleh masing-masing, karena mengikuti sujud Rasulullah. Sedangkan orang-orang beriman merasa terkejut dengan sujudnya orang-orang musyrik tanpa keimanan mereka. Karena orang-orang beriman pada saat itu belum mendengar bisikan yang diselipkan oleh setan kepada telinga orang musyrik itu. Maka, orang-orang musyrik itupun merasa senang dengan bisikan yang diselipkan oleh setan dalam umniyah (angan-angan) Rasulullah. Sehingga menyebarlah berita itu sampai ke Habasyah dan Etiopia. Namun Allah telah menghapus sisipan bisikan setan itu dan menetapkan ayat-ayatnya. Setelah Allah menerangkan dan membersihkan ayat-ayat-Nya maka berbaliklah orang-orang musyrik itu kepada kesesatan dan permusuhan mereka terhadap kaum muslimin bahkan lebih kejam dari sebelumnya." Riwayat di atas adalah mursal (yang tidak sampai ke nabi).

Setelah mengutip riwayat di atas, Imam Al Hafizh Ibnu Katsir mengomentarinya dengan sebuah ungkapan yang cerdas: "Bagaimana mungkin hal itu terjadi dengan penjagaan Allah dan kema'suman Rasulullah?. Hal itu dibisikkan setan kepada pendengaran orang-orang musyrik. Sehingga mereka menyangka bahwa hal itu keluar dari mulut Rasulullah, padahal bukan demikian halnya. Sesungguhnya itu hanyalah buatan dan bisikan yang dirasakan oleh orang-orang musyrik dan sama sekali bukan dari Rasulullah yang merupakan utusan Allah yang maha penyayang."

Shohibul Zhilal kemudian menjelaskan: "Setan menemukan peluang dalam angan-angan para rasul yang demikian. Sehingga, dalam penafsiran beberapa tindakan dan kalimat yang keluar dari para rasul, setan memiliki peluang untuk melakukan tipudaya dalam dakwah, menyimpangkannya dari kaidah-kaidahnya, meletakkan syubhat di sekitarnya. Namun Allah menjadi penghalang bagi tipudaya setan tersebut."

"Kadangkala semangat berapi-api dan berkobar-kobar dari para penyampai dakwah serta keinginan mereka yang menggebu-gebu untuk menyebarkan dakwah dan melihat segera kemenangannya, mendorong para penyampai dakwah menarik sebagian individu dan beberapa unsur penting masyarakat dengan cara mengacuhkan beberapa permasalahan dakwah yang mereka anggap bukan merupakan dasar, prinsip dan pokok dakwah. Kemudian mereka berkompromi dengan manusia dengan beberapa urusan agar mereka tidak lari dari dakwah dan memusuhinya".

"Kadangkala juga hal itu mendorong mereka untuk menggunakan cara-cara dan metode-metode yang tidak sesuai dengan standar-standar (timbangan) dakwah yang seutuhnya dan tidak pula sesuai dengan manhaj yang lurus. Mereka melakukan hal itu karena didorong oleh keinginan untuk segera melihat kemenangan dakwah. Mereka juga menganggap itu sebagai ijtihad dalam rangka merealisasikan kemaslahatan dakwah. Sedangkan, maslahat dakwah yang sesungguhnya adalah di dalam keistiqomahan mereka di atas manhaj tanpa menyimpangan sedikitpun apalagi banyak."

Oleh karena itu, para pembawa misi dakwah tidak layak menakar dan mengukur keberhasilan dakwah dari segi buah-buah dan hasil-hasilnya saja. Kewajiban mereka hanyalah bertolak dalam kereta dakwah di atas manhaj yang murni, jelas dan mendalam. Kemudian menyerahkan kepada Allah untuk menilai hasil dari sikap istiqomahnya dalam dakwah itu. Yang harus diyakini dengan sungguh-sungguh adalah bahwa hasil yang diperoleh pada akhirnya pastilah sebuah kebaikan.

Untuk itu Al Quran mengingatkan bahwa setan selalu mengintai dan menanti peluang untuk masuk melalui angan-angan para pengemban dakwah, demi merasuki misi mulia dan keistiqomahan mereka dalam berdakwah.

Kalau para rasul dan nabi telah dijaga dengan ketat oleh Allah sehingga setan tidak mungkin dapat merasuki dan mencampuri kemurnian manhaj dakwah dari pintu angan-angan dan keinginan fitrah para nabi dan rasul. Maka para pengemban dakwah yang tidak terjaga dan tidak ma'sum seperti para rasul seharusnya lebih berhati-hati dari sisi ini dan lebih bersikap waspada.

Allah lebih tahu tentang maslahat dakwah dibanding para penyeruh dakwah itu sendiri, dan mereka tidak dibebani dengan mencari-cari kemaslahatan buat dakwah dengan wasilah yang syubhat, tidak islami bahkan mengandung maksiat. Mereka hanya dibebani dengan perintah yang satu, yaitu benar-benar bersikap istiqomah dan tidak menyimpang dari manhaj Allah yang lurus.

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلا تَطْغَوْا إنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ * وَلا تَرْكَنُوا إلَى الَذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لا تُنصَرُونَ

"Maka Istiqomahlah sebagaimana yang diperintahkan kepadamu, dan orang yang kembali bersamamu dan janganlah melampaui batas, sesungguh-Nya Dia Maha melihat apa yang kalian kerjakan. Dan janganlah kamu condong kepada orang-orang yang berbuat zhalim, maka kamu akan disentuh oleh api neraka, dan kamu tidaklah memiliki penolong selain Allah, kemudian kalian tidak akan ditolong (mendapat kemenangan)." (Hud: 112-113)

وَمَا النَّصْرُ إِلاّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ [آل عمران: 126]

Dan tidaklah kemenangan itu kecuali dari sisi Allah. (Ali Imran : 126)

Waalahu 'alam Bisshawab.

(Oleh Zulhamdi M. Saad, Lc, disarikan dari Kitab Zhilal)

Selasa, 20 September 2011

Tips Ringan Menghafal Al-Qur'an



RABU, 14 SEPTEMBER 2011 ADMIN

Anda sedang dan ingin menghafalkan Al-Qur'an dengan baik, tapi bingung, merasa kesusahan? Belum lagi kalau menghafalnya itu seorang diri alias otodidak dan belum punya pembimbing? nih.. saya bagi pengalaman sedikit step by step:

1. Usahakan mushaf yang anda pegang adalah mushaf ayat-ayat pojok (yang setiap halamannya diakhiri ayat-ayat pojok, karena itu standar bagi para penghafal)

2. Cari tempat yang mendukung dan bisa mengkondisikan diri dan pikiran menjadi tenang dan fresh, misalnya mesjid, musholla, kamar dan tempat-tempat yang sepi dan sunyi.

3. Mulai dari ayat-ayat yang kira-kira paling mudah dihafal seperti juz Amma (juz 30), juz 29, 28 dst, lima juz terakhir lah, karena semua itu ayat-ayat nya masih pendek dan standar 'susah'. Sebab kalau itu sudah berhasil kita lewati Insya Allah semua surat akan lancar..

4. Sebelum ayat yang dimaksud anda hafal, usahakan dibaca berulang-ulang sampai lidah kita lancar membacanya, akrab dan berkali-kali terlintas di benak / memori. Yaah, misalnya setengah halaman (7 baris) dibaca 7-10 kali. jangan sekali-kali menghafal jika anda belum membacanya sama sekali..

5.Setelah itu baru mulai dihafal satu persatu ayat-ayatnya.

6. Nah di sini, anda akan tahu kadar dan kekuatan daya ingat anda..

7. Ingat!! hafalan yang anda hafal (misalnya pagi ba'da subuh) dengan baik, belum tentu masih akan anda ingat di sore harinya. Karena tabiat orang Indonesia (menurut banyak sumber he he, issu baik) itu 'cepet dapet dan cepet pula hilangnya'.

8. Kalau anda sudah hafal setengah halamannya, coba jeda sedikit dengan melakukan aktifitas lain yang ringan..

9. Selang beberapa menit, taruhlah setengah jam, anda baca lagi hafalan yang sudah dihafal setengah jam yang lalu biszhohril ghaib (tanpa melihat mushaf)

10. Jika anda masih bisa membacanya dengan baik, berarti kemampuan anda cukup bagus..next, coba anda selingi dengan jeda ditinggal barang 3 jam, 4 jam sampai setengah hari..Jangan tambah dulu hafalan anda..minimal sehari 3 baris..ya kalau kuat setengah halaman..

11. Lalu ulang lagi hafalan yang anda hafal di pagi hari..Apabila masih lancar, maka Insya Allah anda punya potensi menghafal lebih banyak lagi..

12. Remember! Bahwa hafalan baru bisa dibilang teruji kelancarannya bila ia sudah berjalan dengan rentang waktu yang cukup lama sesuai dengan tingkat review /muroja'ahnya. Semakin banyak anda mereview sebuah hafalan, maka akan semakin kuat pula hafalan itu..begitu pula sebaliknya..semakin jarang diulang, maka akan semakin mudah hafalan itu 'permisi' dari memori anda..

13. Perlu dilatih, metode ini: Ketika anda sudah yakin ayat-ayat yang anda hafal itu melekat dalam ingatan anda, coba deh meletakkan mushaf yang anda gunakan agak jauh dari posisi anda..Mis: kalau diawal anda memegang mushaf, coba sekarang letakkan ia 5 meter dari posisi anda, lalu 10 meter, and then 20 m dst. Apa gunanya? cara ini untuk menguji seberapa kuat hafalan anda saat mushaf tidak bersama anda..Sebab nantinya kalau sudah hafal dan mulai dipakai di banyak event, tentunya kita akan membacanya dengan hafalan (memorize) bukan dengan mushaf lagi. Berarti khan harus sudah siap everything..Tidak lagi bergantung pakai mushaf.

14. Lama-kelamaan anda akan teruji membacanya tanpa mushaf dan dengan PD, karena mushaf tidak selalu bersama anda saat anda sibuk dengan aktivitas lain..

15. Usahakan hafalan anda yang sudah matang dan lancar direview setiap saat, di manapun (tentunya tempat yang suci yaah) dan kapanpun. Lebih bagus kalau dibaca saat anda santai, ketika menunggu seseorang, menyendiri dll.

16. Saya sarankan anda menghafal dan memuroja'ahnya dengan rekan seperjuangan atau minta disimak sama orang yang anda percayai..

Itu saja dulu mungkin resep dari saya..nantikan kiat lainnya..

Selamat mencoba..semoga sukses Good luck..


HIDAYATULLAH
ngajiquranonline.com

Sabtu, 16 April 2011

Menyerang Qiyadah Melumpuhkan Dakwah

Diposkan oleh admin di 10:25

Muhammad Abdullah Al Khatib*
...
Wahai Ikhwan, karena dakwah kalian merupakan kekuatan besar melawan kedzoliman, maka wajar kalau mereka mengerahkan segala senjata dan kemampuan untuk menghadapi dakwah kalian, bahkan tidak ada satu pun cara kecuali mereka manfaatkan untuk memerangi dan memberangus dakwah kalian.

Cara paling berbahaya yang digunakan oleh musuh yang licik adalah upaya menimbulkan friksi internal di dalam dakwah, sehingga mereka dapat memenangkan pertarungan karena kekuatan dakwah melemah akibat terpecah belah. Dan hal yang paling efektif menimbulkan friksi internal dalam dakwah adalah hilangnya tsiqah antara prajurit dan pimpinan. Sebab bila prajurit sudah tidak memiliki sikap tsiqah pada pimpinannnya, maka makna ketaatan akan segera hilang dari jiwa mereka. Bila ketaatan sudah hilang, maka tidak mungkin ada eksistensi kepemimpinan dan karenanya pula tidak mungkin jamaah dapat eksis.

Oleh karena itulah, maka Imam Asy-Syahid menekankan rukun tsiqah dalam Risalah At-Ta'alim dan menjadikannya sebagai salah satu rukun bai'at. Imam Asy-Syahid juga menjelaskan urgensi rukun ini dalam menjaga soliditas dan kesatuan jamaah, ia mengatakan:

"...Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah – yang timbal balik - antara pimpinan dan yang dipimpin menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan. "Ta'at dan mengucapkan perkataan yang baik adalah lebih baik bagi mereka" (QS 47:21). Dan tsiqah terhadap pimpinan merupakan segala-galanya bagi keberhasilan dakwah."

Kita tidak mensyaratkan bahwa yang berhak mendapat tsiqah kita adalah pemimpin yang berkapasitas sebagai orang yang paling kuat, paling bertakwa, paling mengerti, dan paling fasih dalam berbicara. Syarat seperti ini sangat sulit dipenuhi, bahkan hampir tidak terpenuhi sepeninggal Rasulullah saw. Cukuplah seorang pemimpin itu, seseorang yang dianggap mampu oleh saudara-saudaranya untuk memikui amanah (kepemimpinan) yang berat ini. Kemudian apabila ada seorang ikhwah (saudara) yang merasa bahwa dirinya atau mengetahui orang lain memiliki kemampuan dan bakat yang tidak dimiliki oleh pimpinannya, maka hendaklah ia mendermakan kemampuan dan bakat tersebut untuk dipergunakan oleh pimpinan, agar dapat membantu tugas-tugas kepemimpinannya bukan menjadi pesaing bagi pimpinan dan jamaahnya.

Saudaraku, mungkin anda masih ingat dialog yang terjadi antara Abu Bakar ra dan Umar ra sepeninggal Rasulullah saw.

Umar berkata kepada Abu Bakar, 'Ulurkanlah tanganmu, aku akan membai'atmu.'
Abu Bakar berkata, 'Akulah yang membai'atmu.'
Umar berkata, 'Kamu lebih utama dariku.'
Abu Bakar berkata, 'Kamu lebih kuat dariku.'

Setelah itu Umar ra berkata, 'Kekuatanku kupersembahkan untukmu karena keutamaanmu.'
Umar pun terbukti benar-benar menjadikan kekuatannya sebagai pendukung Abu Bakar sebagai kholifah.

Tatkala seseorang bertanya kepada Imam Asy-Syahid, 'Bagaimana bila suatu kondisi menghalangi kebersamaan anda dengan kami? Menurut anda siapakah orang yang akan kami angkat sebagai pemimpin kami?'

Imam Asy-Syahid menjawab, 'Wahai ikhwan, angkatlah menjadi pemimpin orang yang paling lemah di antara kalian. Kemudian dengarlah dan taatilah dia. Dengan (bantuan) kalian, ia akan menjadi orang yang paling kuat di antara kalian.’

‘Wahai Ikhwan, mungkin anda masih ingat perselisihan yang terjadi antara Abu Bakar dan Umar dalam menyikapi orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat. Sebagian besar sahabat berpendapat seperti pendapat Umar, yaitu tidak memerangi mereka. Meski demikian tatkala Umar mengetahui bahwa Abu Bakar bersikeras untuk memerangi mereka, maka ia mengucapkan kata-katanya yang terkenal, yang menggambarkan ketsiqahan yang sempurna, 'Demi Allah, tiada lain yang aku pahami kecuali bahwa Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk memerangi mereka, maka aku tahu bahwa dialah yang benar.'

Andai Umar ra tidak memiliki ketsiqahan dan ketaatan yang sempurna, maka jiwanya akan dapat memperdayakannya, bahwa dialah pihak yang benar, apalagi ia telah mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Allah swt telah menjadikan al haq (kebenaran) pada lisan dan hati Umar.'

Alangkah butuhnya kita pada sikap seperti Umar ra tersebut, saat terjadi perbedaan pendapat di antara kita, terutama untuk ukuran model kita yang tidak mendengar Rasululiah saw memberikan rekomendasi kepada salah seorang di antara kita, bahwa kebenaran itu pada lisan atau hatinya.

Mengingat sangat pentingnya ketsiqahan terhadap fikrah dan ketetapan pimpinan, maka musuh-musuh Islam berusaha sekuat tenaga untuk menimbulkan keragu-raguan pada Islam, jamaah, manhaj jamaah, dan pimpinannya. Betapa banyak serangan yang dilancarkan untuk melaksanakan misi tersebut.

Oleh karena itu, seorang akh jangan sampai terpengaruh oleh serangan-serangan tersebut. Ia harus yakin bahwa agamanya adalah agama yang haq yang diterima Allah swt. Ia harus yakin bahwa Islam adalah manhaj yang sempurna bagi seluruh urusan dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Ia harus tetap tsiqah bahwa jamaahnya berada di jalan yang benar dan selalu memperhatikan Al Quran dan Sunah dalam setiap langkah dan sarananya. Ia harus tetap tsiqah bahwa pimpinannya selalu bercermin pada langkah Rasulullah saw serta para sahabatnya dan selalu tunduk kepada syariat Allah dalam menangani persoalan yang muncul saat beraktivitas serta selalu memperhatikan kemaslahatan dakwah.

Kami mengingatkan, bahwa terkadang sebagian surat kabar atau media massa lainnya mengutip pembicaraan atau pendapat yang dilakukan pada pimpinan jamaah, dengan tujuan untuk menimbulkan keragu-raguan, menggoncangkan kepercayaan, dan menciptakan ketidakstabilan di dalam tubuh jamaah. Oleh karena itu, seorang akh muslim tidak diperbolehkan menyimpulkan suatu hukum berdasarkan apa yang dibaca dalam media massa, tidak boleh melunturkan tsiqahnya, dan tidak boleh menyebarkannya atas dasar pembenaran. Ia harus melakukan tabayyun terlebih dahulu.

Allah swt menegur segolongan orang yang melakukan kesalahan dengan firman-Nya,
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka serta merta menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja di antaramu.” (QS 4:83).


*Dikutip dari Kitab Nadzharat Fii Risalah at-Ta'alim (Bab Ats-Tsiqoh) terbitan Asy-Syaamil.

*posted: pkspiyungan.blogspot.com

Minggu, 27 Desember 2009

Muhasabah di Akhir Tahun

Zulhamdi
E-mail Print PDF
Thursday, 22 Dzulhijjah 1430

Muhasabah di Akhir Tahun

Oleh H. Zulhamdi M. Saad, Lc

الحَمْدُ للهِ الذِي جَعَلَ فِي تَعاقُبِ الليَالِي والأَيّامِ عِبْرَةً للمُعْتَبِرينَ، وفِي انصِرامِ الشُّهورِ والأَعْوامِ ذِكْرَى لِعبَادِه المؤمِنينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ، أَمَرَ عِبادَهُ بالاستِفادَةِ ممَّا مَضَى، وعَدَمِ الحَسْرَةِ علَى ما فَاتَ وانقَضَى، وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ ورَسولُهُ المُرتَضَى، صَلَّى اللهُ وسلَّمَ علَيْهِ وعلَى آلهِ وأَصحابِهِ أَهلِ الرِّضَى، وعلَى مَنْ تَبِعَهم بإِحسَانٍ إِلى يَوْمِ البَعْثِ والقَضَاء. أَمّا بَعْدُ، فَيا مَعْشَرَ المؤمِنينَ، ويَا جُموعَ المُصلِّينَ، أُوصِيكُم بِتَقوى اللهِ رَبِّ العَالَمينَ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ. أما بعد:

Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Alhamdulillah, kita panjatkan selalu puji syukur kepada Allah swt karena kita masih dapat hidup dalam kondisi beriman dan sebagai seorang muslim. Dari mimbar jumat ini khatib mengajak, marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, dengan berusaha menjalankan semua yang Allah perintahkan dengan hati yang ikhlas dan penuh ketaatan, serta berupaya sekuat tenaga meninggalkan larangan-larangan Allah dengan hati yang patuh dan penuh ketundukan.

Hadirin yang dimuliakan Allah

Orang beriman dalam beberapa kesempatan dan waktu, hendaklah berhenti sejenak untuk menghitung-hitung diri dan amal yang telah diperbuatnya pada hari-hari yang lalu, kemudian memperkuat keinginan untuk memperbaiki dan menambah amal kebaikannya. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang beriman, takut kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah disiapkannya untuk hari esok dan takut kepada Allah, karena Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr: 18)

Sesungguhnya hari-hari yang berlalu, bulan-bulan yang datang silih berganti, dan tahun-tahun berakhir kemudian datang tahun yang baru, semuanya berjalan dan berlalu dengan maksud dan mengandung tujuan yang jelas dari Allah. Allah berfirman:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-mukminun: 115)

Sesungguhnya penciptaan ini alam, beserta isinya, beserta manusia yang ada di dalamnya, serta berlalunya hari yang datang silih berganti bukanlah untuk dilalui dengan permainan dan kesia-siaan belaka, sebagaimana hari-hari itu dilalui oleh mereka yang kafir kepada Allah. Bagi orang beriman tentu tidaklah sama, hari-hari yang mereka lalui ada ketaatan yang dilakukan dan dijalankan.. Dalam ayat yang lain Allah menegaskan:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأُوْلِي الألْبَابِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali-Imran: 190)

Hidup manusia mempunyai tahapan dan dilalui setapak demi setapak namun pasti, dan orang-orang di dunia ini akan berangkatan menuju akhirat, dan semua akan mendekat kepada kematian. Orang yang beruntung adalah yang selalu menghitung dirinya, maka beruntunglah mereka yang selalu memperbaiki diri dan istiqomah, memohon ampun kepada Allah dari segala dosa dan salah. Allah berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاء فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلامٍ لِّلْعَبِيدِ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.” (QS. Fushilat: 46)

Hadirin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Seseorang tidak akan mencapai tingkat derajat taqwa sehingga ia menghisab dirinya atas apa yang telah diperbuatnya, tekad apa yang harus dilakukannya dalam semua hal, lalu kembali kepada Allah dari dosa, dan bertobat dari kukurangannya dalam melakukan ibadah, karena muhasabah merupakan ciri bagi seorang muslim yang cerdas.

فَعَن شَدّادِ بنِ أَوسٍ رَضِيَ اللهُ عَنهُ عَنِ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ: الكيِّسُ مَنْ دَانَ نَفسَهَ وعَمِلَ لِما بَعْدَ المَوتِ، والعَاجِزُ مَنِ أَتْبَعَ نَفسَهُ هَواها وتَمنَّى علَى اللهِ الأَمانِي

Dari Syaddad bin Aus ra. Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang cerdas adalah orang yang selalu menginstospeksi diri dan beramal untuk kematiannya. Orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan saja kepada Allah.”

Sabda Rosulullah ini menegaskan bahwa seorang yang hanya berangan-angan saja untuk melakukan amal sholeh dan tetap mengikuti keinginan nafsunya adalah mereka yang lemah, lemah karena dikalahkan oleh syahwat. Memang pada dasarnya setiap orang akan dan pernah melakukan kesalahan, berbuat dosa dan maksiat, namun dengan demikian kesadaran dari kekhilafan itulah yang akan membuat seseorang menjadi seorang mukmin yang baik tatkala ia melakukan taubat dngan sebenar-benarnya. Rosulullah bersabda:

كُلُّ بَنِي آدمَ خَطاءٌ، وخَيْرُ الخَطَّائينَ التَّوابونَ

Rasulullah saw. bersabda: “ Semua anak-anak Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik oang yang salah adalah yang bertaubat.” (HR. Ibnu Majah dan Darimi)

Hendaklah seseorang segera bertobat dari kesalahannya, meminta ampunan dan berusaha lari meninggalkan dosa dan siksa akhirat ketika masih ada kesempatan ketika hidup di dunia, karena jika tidak berusaha untuk lari dari siksa semenjak di dunia, maka ia tidak akan dapat lagi lari dari siksa di akhirat kelak, tak akan ada peluang dan jalan lagi untuk lari dari azab Allah, setiap anggota badannya akan dibelenggu dan bersaksi kepada Allah, Allah swt. berfirman:

حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ، وَقَالُواْ لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدتُّمْ عَلَيْنَا قَالُواْ أَنطَقَنَا اللَّهُ الَّذِى أَنطَقَ كُلَّ شيء

Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan." (QS. Fushilat: 20-21)

Hadirin siding sholat jumat yang berbahagia

Bahkan bumipun akan menceritakan setiap kejadian yang ada di dalamnya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu hurairah bahwa Rosulullah suatu ketika membaca firman Allah:

يَوْمَئِذٍ تُحَدّثُ أَخْبَارَهَا

“Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” (QS. Surat Al-Zilzalah: 4)

Para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum bertanya”, wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan menceritakan setiap kejadiannya? Rosulullah menjawab: “

أَنْ تَشْهَدَ علَى كُلِّ عَبْدٍ أَو أَمَةٍ بِما عَمِلَ علَى ظَهْرِها، تَقولُ: عَمِلْتَ كَذا وكَذا، فِي يَوْمِ كَذا وكَذا

“Akan bersaksi setiap hamba atau setiap umat terhadap apa yang telah dilakukannya di atas punggungnya, lalu berkata: ia melakukan ini dan itu pada hari ini dan hari itu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban)

Khalifah Umar bin Al-Khattab ra pernah mengucapkan kalimat yang sangat populer untuk menjadi renungan bersama:

حَاسِبوا أَنفُسَكُم قَبْلَ أَنْ تُحاسَبوا، وزِنوها قَبْلَ أَنْ توزَنوا، وتأَهبوا لِلعَرْضِ الأَكبَرِ علَى اللهِ

“Hitunglah dirimu sebelum dihitung, dan timbanglah amalmu sebelum ditimbang, dan bersiaplah untuk dihadapkan kepada Allah pada hari penghadapan yang besar.” Sebagaimana firman Allah:

يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لاَ تَخْفَى مِنكُمْ خَافِيَةٌ

“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)”. (QS. Al-Haaqoh: 18)

Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia

Oleh sebab itu pada kesempatan jumat kali ini, di saat kita telah berada di penghujung tahun 1430 H dan di akhir tahun 2009 M ini, minimal ada tiga hal yang perlu menjadi renungan kita. Agar hari-hari yang telah berlalu dan hari-hari yang akan datang pada tahun yang baru akan membuat kita sadar bahwa sesungguhnya setiap jiwa tidak dibiarkan saja hidup semaunya, hidup yang dilalui akan dipintai pertanggungan jawab di akhirat kelak.

Hal pertama, yang harus menjadi perhatian dan dihitung oleh setiap orang beriman dari dirinya adalah: Apa yang telah ia lakukan untuk dirinya dari amal sholeh pada tahun ini? Apakah ia termasuk orang yang dapat berbahagia, karena telah mengisinya dengan ketaatan di setiap hari-harinya, bulan-bulannya, pada setiap moment ibadah pada tahun lalu dari ibadah sholat, inadah puasa, menunaikan kewajiban zakat, ibadah haji dan kurbannya dengan sungguh-sungguh dan penuh ketaqwaan? Atau bersedih dan menangislah bagi yang teramat banyak melalaikan kenikmatan tahun yang berlalu ini dengan kemaksiatan, kedurhakaan, bahkan tidak mengindahkan syariat-syariat Allah dengan penuh rasa takut kepada-Nya. Allah berfirman:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا، فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا، قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا، وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

“dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams: 7-10)

Hadirin yang berbahagia

Hal kedua perlu menjadi bahan renungan kita, adalah keluarga dan rumah kita. Setiap orang hendaklah bertanya kepada dirinya masing-masing? Apakah yang telah ia berikan untuk keluarganya? Sudahkah cahaya iman ia bawa masuk ke dalam rumahnya dengan bersama-sama keluarga menuju ketaatan kepada Allah? Karena hendaklah setiap rumah seorang muslim menjadi titik tolak kebaikan bagi dirinya dan keluarganya. Jika rumahnya hampa dari siraman ayat-ayat Al-Quran, bahkan tidak pernah diperdengarkan Al-Quran selama satu tahun yang lalu, maka sangat wajarlah jikalau merasakan rumah itu laksana kuburan yang tidak ada ketenangan di dalamnya, bahkan dihantui oleh rasa takut dan was-was. Rosulullah bersabda:

عن عبد الرحمن بن سابط قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم البيت الذي يقرأ فيه القرآن يكثر خيره ويوسع على أهله ويحضره الملائكة ويهجره الشياطين وإن البيت الذي لا يقرا فيه يضيق على أهله ويقل خيره ويهجره الملائكة ويحضره الشياطين .

Dari Abdurrahman bin Sabith, Rosulullah besabda: “Rumah yang dibacakan di dalamnya Al-Quran akan anyak kebaikannya, diluaskan bagi penghuninya, dihadiri oleh malaikat dan setan pergi darinya. Dan rumah yang tidak dibacakan di dalamnya Al-Quran, maka akan merasa sempitlah penghuninya, sedikit kebaikan di dalamnya, malaikat pergi darinya dan dihuni oleh setan. (HR. Abdul Razak dan Dailami)

Hal ketiga yang perlu kita hitung-hitung dan instospeksi adalah hak tetangga dan masyarakat dan kewajiban kita kepada mereka. Apakah kita sudah menyampaikan amanat yang diembankan kepada kita dengan baik, ataukah kita khianati amanat tersebut? Sudahkah hak-hak bertetangga dan bermasyarakat kita tunaikan dengan baik? Jika belum bermohonlah ampunan kepada Allah atas setiap kelemahan kita dalam menjalankan kewajiban terhadap sesame hamba beriman. Sabda Rosulullah berikut cukuplah menjadi acuan kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ : إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ.



Dari Abu Hurairah ra. Rosulullah saw bersabda: Hak muslim atas muslim yang lain ada enam. Sahabat bertanya, apakah itu Ya Rosulullah? Rosul menjawab: Apabila bertemu ucapkanlah salam, apabila ia mengundangmu maka penuhilah, apabila meminta nasehat kepadamu, nasehatilah, apabila sakit jenguklah dan apabila meninggal dunia hantarlah jenazahnya. ( HR. Muslim)



Kehidupan individual saat ini yang cenderung membuat satu sama lain tidak saling kenal bahkan menaruh curiga, hal ini sangat bertolak belakang dan jauh dari nilai-nilai mulia agama islam. Sehingga terlihat kehidupan ukhuwah islamiyah terasa hambar dan mulai memudar.



Semoga khutbah singkat ini menjadi sedikit renungan kita di akhir tahun untuk menapaki tahun baru 1431 H dan tahun 2010 M dengan lebih baik. Menanamkan keinginan kuat dalam dada untuk menjadi seorang hamba yang taat kepada Allah,dapat membawa dan memberikan kebaikan bagi keluarga dan masyarakat. Amiin ya rabbal alamiin.



أقُولُ قَوْلي هَذَا وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.


Khutbah kedua



الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الأَنبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقوا اللهَ وأَصلِحوا أَمْرَ دِينِكم ومعَاشِكم، وتَفكَّروا فِي مَصِيرِكم ومَآلِكم. هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى إِمَامِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَقَائِدِ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِيْنَ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ تَعَالَى بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ حَيْثُ قَالَ عَزَّ قَائِلاً عَلِيْماً: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً، وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً، وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجمع كلمتهم عَلَى الحق، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظالمين، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعَبادك أجمعين. اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَار.ِ اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.

عِبَادَ اللهِ .. إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Selasa, 15 Desember 2009

Generasi Al-Muzammil



Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan dari Ummul Mukmin Aisyah ra bahwa Allah telah mewajibkan qiyamullail kepada Rasulullah Saw. di awal surat ini. Beliau dan para sahabat telah menegakkannya di sebagian malam sehingga kaki-kaki mereka bengkak. Setelah genap dua belas bulan, Allah memberikan keringanan dengan diturunkannya ayat kedua puluh dari surat ini pula. Maka berubahlah hukum qiyamu lail yang tadinya wajib menjadi satu ibadah yang sunnah.

Surat Al Muzammil turun pada marhalah bina’. Marhalah penggemblengan ruh. Para sahabat merupakan calon dai dan mujahid digembleng dengan gemblengan yang berat. Selama satu tahun mereka harus bangun di tiap tengah malam untuk berdiri shalat berjam-jam. Mereka dituntut untuk taat, tunduk, patuh dan berpegang teguh pada perintah Allah dan Rasul-Nya.

Kewajiban qiyamullail bukanlah sekadar berdiri sholat berjam-jam. Tetapi ia merupakan tarbiyah imaniyah. Tarbiyah untuk selalu berhubungan dengan Yang Maha Pencipta, untuk bermunajat ke pada-Nya. Ia merupakan wasilah untuk mendekatkan diri, berdzikir dan bertawakkal kepada-Nya.

“Sebutlah nama Rabb-mu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketaatan, (Dialah) Rabb masyriq dan maghrib, tiada Illah melainkan Dia. Maka ambillah Dia sebagai pelindung.” (QS. Al Muzammil: 8-9)

Sungguh!! Berdzikir kepada Allah taat, tunduk dan patuh kepada-Nya, bertawakkal dan beribadah hanya kepada-Nya, merupakan senjata yang ampuh di medan dakwah yang penuh dengan rintangan dan cobaan. Semuanya akan menjadikan para calon du’at dan mujahid terbiasa untuk bersabar atas cobaan yang datang secara beruntun. Mereka akan terbiasa menanggung derita dan konsisten dalam mempertahankan haq. Ini semua merupakan satu satunya senjata pada marhalah bina’. Marhalah yang belum diizinkan untuk menghadapi kaum kafir secara langsung.

“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik:. (QS. Al Muzammil : 10).

Sungguh seorang da’i atau mujahid yang diatas pundaknya terbebankan panji-panji dakwah, pasti akan mendapati cobaan, siksaan dan intimidasi, dan tentu sangat membutuhkan senjata untuk mengukuhkan mereka. Senjata yang meneguhkan hati dan jiwa mereka. Mereka hanya akan mendapatkannya jika dalam marhalah bina’ mereka telah digembleng dengan gemblengan Al Muzammil. Dan harokah islamiyah jika tidak menggembleng generasinya dengan gemblengan Al Muzammil, mereka akan berjatuhan di tengah jalan ketika mereka dihadapkan pada cobaan dan intimidasi.

Generasi Al Muzammil harus dibina dibawah konsep Qur’ani. Dan tidaklah cukup jikalau Al Qur’an hanya dijadikan sebagai pusat dan sumber intelektualitas belaka. Tetapi Al Qur’an harus dihafal. Khusus bagi mereka yang masih berumur muda.

Perlu diingat makna qiyamul lail tidak akan pernah terealisir selama calon da’I atau mujahid tidak hafal ayat-ayat Al Qur’an kecuali beberapa ayat saja. Bagaimana ia akan merasakan nikmatnya bermunajat, sedangkan ia hanya hafal beberapa ayat dari Al Qur’an dan diulangnya tiap rokaat sholatnya? Bagaimana ia akan merasa khusyu’? Sungguh !! betapa nikmat, tatkala kaki berdiri tegak untuk memulai munajat, hati tergerak disinari ayat-ayat Ilahi, yang kemudian dibiaskan ke dalam penglihatan, pendengaran, jiwa dan kehidupan.

Untuk menghasilkan generasi Al Muzammil yang tangguh, harokah islamiyah harus mengonsep, pada umur 20 tahun seorang anggota harus sudah hafal sebagian besar ayat-ayat Al Qur’an. Inilah yang akan menjadi bekal mereka. Dengan bekal ini, mereka akan bisa mereguk nikmatnya bermunajat, qiyamul lail dan bertaqorrub kepada-Nya.

Potret generasi Al Muzammil adalah seorang pemuda yang telah melewati pubertas nya dengan kecintaan pada ibadah, ketaatan , dan taqorrub kepada-Nyaa. Pemuda yang selalu bertilawah dengan tartil, yang setiap malam air mata mengucur deras dari pelupuk matanya. Mentadabburi ayat-ayat-Nya. Pemuda yang Al Qur’an terukir di hati dan pikirannya.

Rabu, 02 Desember 2009

Mereka yang Dicinta Allah

Thursday, 17 Dzulka'edah 1430

Setiap orang pasti menginginkan agar Allah mencintainya. Setiap orang berharap kasih Allah menyentuh sanubarinya. Cinta Allah senantiasa didamba, dirindu, dinanti dan ditunggu oleh orang-orang beriman di setiap hentakan nafas dan jejak jiwa mereka. Karena cinta Allah adalah segalanya bagi mereka. Bahkan cinta Allah itu lebih mereka harap dan rindu daripada surga,
Namun siapakah manusia yang akan mendapatkan limpahan cinta Allah? Siapa manusia yang akan merengkuh cinta Allah yang langsung mendapatkan jaminan dari firman-firman-Nya?
Bertaburan firman Allah dalam Al-Quran yang mengabarkan siapa saja manusia-manusia yang Dia cinta. Demikian pula dalam hadits-hadits Rasulullah yang mulia.
Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik dan kebajikan. Allah mencintai para pelaku ihsan (muhsinin) karena ihsan adalah jantung dan keimanan, ruh dan kesempurnaannya. Dia adalah puncak level agama dan merupakan setinggi-tingg akhlak kaum salihin. Di dalamnya terhimpun semua pesona akhlak seorang hamba, di dalamnya terangkum semua cahaya etika seorang abdi. Para muhsinin yang Allah cinta adalah mereka yang menunaikan ibadah mereka dengan penuh kerendahan hati dan dalam tingkat yang paling sempurna, sepi dan kosong dari riya dan pamer yang sering banyak membelit dan mencelakakan para pelaku ibadah.
Mereka adalah orang yang dalam dadanya dipenuhi keimanan kepada Allah secara sempurna, beribadah tanpa pamrih, mengabdi tiada henti. Tangannya demikian ringan melepaskan kebaikan, organ tubuhnya tertutup dari dosa-dosa yang menghancurkan.
وأنفقوا في سبيل الله ولا تلقوا بأيديكم إلى التهلكة وأحسنوا إن الله يحب المحسنين
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (Al-Baqarah : 195).
Dari tangan mereka mengalir kebaikan, dalam benak mereka terancang kebajikan. Maka Allah mencintai mereka sebagai imbalan atas kebaikan-kebaikan mereka. Karena Allah adalah Dzat Yang Muhsin (Maha Baik) dan ci mencitai kebaikan..
إن الله محسن يحب الإحسان
Sesungguhnya Allah itu Muhsin dan sangat mencinta orang-orang yag berbuat kebaikan (Shahih Al-Jami' al-Shaghir : 1834).
Dalam diri seorang yang muhsin kebaikan demikian berlimpah, kemarahan sangat minim adanya, keangkuhan tidak mendapatkan tempatnya, ketamakan menemukan kuburannya. Kedengkian tak lagi bisa bersemi indah. Kezhaliman tergantikan keadilan. Maaf menjadi mahkota hidupnya, jujur menyinari lorong-lorong sejarahnya. Amanah lekat pada dinding-dinding jiwanya. Pribadinya demikian indah. Dengan dimensi keindahan yang tiada tara. Wajar jika Sang Maha Kasih mencintainya.
Orang-orang bertakwa juga teraliri cinta Allah. Orang-orang bertakwa adalah manusia-manusia siaga untuk menerima perintah Allah dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya. Hatinya adalah hati yang hidup yang bergetar manakalanama Allah bergema, bulu romanya berdiri manakala ayat-ayat Allah menyusupi jiwanya. Orang-orang bertakwa menurut Sayyidina Ali adalah mereka yang takut pada yang kuasa (khaifuuna min al-Jalil) yang mengamalkan aturan-aturan Al-Quran (al-'Amiluna bi al-Tanzil), yang rela dengan apa yang ada (Qani'una bi al-Qalil) dan yang senantiasa siaga untuk sebuah perjalanan yang pasti (al-Musta'idduna li Yaum al-Rahil). Orang-orang bertakwa senantiasa menatap surga dengan mata hatinya dan menghindari neraka dengan emosi rasa takutnya kepada Allah. Jiwanya berselimutkan harap pada Allah. Sebagaimana kata Ubay bin Ka'ab kepada Umar mengenai takwa itu : Tidakkah engkau pernah melewati jalanan yang penuh onak dan duri? Umar berkata : Ya! Lalu apa yang kamu lakukan? Kata Ubay. Aku berjalan berjingkat dan aku berusaha menghindarinya! Itulah takwa, jelas Ubay.
Orang yang bertakwa senantiasa siaga setiap waktu dan saat.Siaga diperintah Allah dan siaga pula untuk menghadap-Nya. Maka merekapun mendapatkan jaminan surga. Sebagaimana Allah firmankan :
إن المتقين في جنات ونهر. في مقعد صدق عند مليك مقتدر
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa (Al-Qamar : 54-55).
Ketakwaan itu bersarang di dada seorang hamba dan hanya Allah yang tahu kadarnya. Takwa dalam hati seorang hamba dan akan terpantulkan dalam kehidupan manusia setiap harinya.
Orang-orang yang bertawakkal juga mendapat porsi cinta yang sama dari Allah. Mereka mendapatkan cinta Allah karena orang-orang yang tawakal akan senantiasa menampakkan ketidakberdayaannya di depan Sang Maha Digdaya, dan dia hanya menggantungkan diri hanya pada-Nya. Dia sangat mengerti tentang Tuhan dan sifat-sifat-Nya, mengerti tentang sebab akibat, hatinya berakar kokoh dalam pohon tauhid. Menyerah diri pada Allah. Ridha dengan semua kehendak-Nya. Tawakkal adalah stasiun orang-orang yang senantiasa mendekat kepada Allah (muqarrabin). Seluruh perkaranya dia serahkan kepada Allah dan sennatiasa menapak tilasi sunnah-sunnah Rasul-Nya dengan mengembil sebab-sebab yang mengantarkannya mendekat kepada Allah.
Allah menyukai dan mencintai mereka. Karena mereka begitu merendah di hadapan kekuasaan-Nya, sering merintih di hadapan kasih saying-Nya. Proposal-proposal proyek hidupnya dia ajukan hanya pada-Nya. Dia sangat yakin bahwa Yang Maha Kuasa tidak akan pernah menampik kebutuhannya.
Allah berfirman menegani mereka :
فإذا عزمت فتوكل على الله إن الله يحب المتوكلين
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya (Ali Imran : 195).
Allah juga mencintai orang-orang yang sabar. Dia sabar menghadapi ujian dunia, sabar menghadapi kepedihan-kepedihan, sabar dalam berjihad, sabar dalam sulitnya ibadah, sabar dalam meninggalkan maksiat dan menantang syahwat, dan memusuhi hawa nafsunya dan anti gerakan syetan.
Saat sakit yang muncul adalah sifat sabarnya, saat dicela kesabarannya memancar dari aksinya, musibah tak mengganggu kesalehannya. Ucapannya yang terlontar saat mendapatkan musibah : Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'uun.
Kesabaran juga terpancar saat melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar untuk mencapai puncak posisi terbaik di sisi-Nya.
Allah berfirman :
وكأين من نبي قاتل معه ربيون كثير فما وهنوا لما أصابهم في سبيل الله وما ضعفوا وما استكانوا والله يحب الصابرين
Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran : 146).
Di samping itu Allah juga mencintai orang-orang yang senantiasa mengikuti jejak Rasul-Nya, mereka yang berperang dengan ikhlas di jalan Allah, orang-orang yang rendah hati di hadapan orang-orang beriman dan punya harga diri di hadapan orang-orang kafir.
Orang-orang yang adil termasuk manusia yang Allah cinta (Al-Maidah : 42). Demikian pula dengan orang-orang yang intens bertaubat dan senantiasa menyucikan jiwa dan raganya dari dosa-dosa (Al-Baqarah : 222)
Suka cinta orang-orang yang sering melakukan amalan-amalan nawafil sebagai usaha memperbanyak tabungan akhiratnya setelah dia dengan penuh semangat dan vitalitas menunaikan hal-hal yang fardhu. Salat-salat sunnah menjadi ritme hidupnya, puasa-puasa sunnah menghiasi jejak langkahnya.
Manusia yang Allah cintai adalah manusia yang paling bermamfaat pada manusia lainnya. Dia pemurah pada sesama muslim saudaranya, ramah pada tetangga-tetangganya, empati pada penderitaan orang lain, simpati pada orang-orang tidak berdaya. Agenda hidupnya adalah : berguna bagi sesama.
Rasulullah menyatakan dengan sangat gamblang bahwa hamba yang paling Allah suka adalah manusia yang paling baik akhlaknya.
أحب عباد الله إلى الله أحسنهم خلقا
Hamba yang paling Allah suka di sisi-Nya adalah yang terbaik akhlaknya (Shahih al-Jami' al-Shaghir : 179).
Mukmin yang kuat termasuk yang Allah pandang lebih baikdan lebih Allah cintai daripada orang seorang mukmin yang lemah. Para penghidup malam dengan ibadah termasuk yang Allah cinta.
Masih banyak lagi manusia-manusia yang sangat mungkin mendapat limpahan kasih dan cinta Allah. Dan setiap kita memiliki kesempatan yang sama. Kita membutuhkan semangat ekstra untuk memburu cinta-Nya karena cinta-Nya tidak diberikan gratis kepada kita.

Samson Rahman, MA

Trining Motivasi & Muhasabah oleh IKADI Pd Pariaman dgn IKADI Riau

Trining Motivasi & Muhasabah oleh IKADI Pd Pariaman dgn IKADI Riau
Foto Bersama Dengan Majelis Guru MAS Persada Ulakan Tapakis seusai Trining

BEKAL IDL ADHA

Sekarang ini kita telah memasuki bulan Dzulhijah (dalam kalender hijriyah). Bulan Dzulhijah merupakan salah satu dari empat bulan haram (suci) disamping bulan Dzulqaidah, Muharam dan Rajab. Bulan Dzulhijah adalah bulan yang penuh dengan keutamaan dan kebaikan. Dan sungguh sayang apabila bulan ini dilewatkan begitu saja.

Dari Abî Bakrah radhiyallâhu ‘anhu, dari Nabî Shallâllâhu‘alaihi wa Sallam beliau bersabda : “Dua bulan yang tidak memiliki kekurangan, adalah bulan ‘îd Ramadhân dan Dzulhijah.” (Muttafaq ‘alaihi).

Berikut ini adalah kumpulan artikel berkaitan dengan hukum seputar bulan Dzulhijjah, Idul Adha, dan berkurban dari majalah AsySyariah Online bulan Dzulhijjah. Semoga bermanfaat.

1. Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Di dalam perjalanan hidup di dunia ini, kita akan menjumpai hari-hari yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan keutamaan di dalamnya. Yaitu dengan dilipatgandakannya balasan amalan dengan pahala yang berlipat, tidak seperti hari-hari biasanya. Di antara hari-hari tersebut adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah….

2. Takutkah Anda Berkorban? Maukah Anda Berjuang?

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr: 18)

3. Sunnah yang Terabaikan Bagi Seseorang yang Mau Berqurban

Dari Ummu Salamah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabada: ”Apabila telah masuk sepuluh (hari pertama bulan Dzulhijjah), salah seorang di antara kalian ingin berqurban, maka janganlah sedikit pun ia menyentuh (memotong) rambut (bulu)nya dan mengupas kulitnya.”

4. Berqurban Sebagai Tanda Pengorbanan
“… Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu,’ Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’.” (Ash-Shaffat: 100-109)

5. Tatacara Menyembelih Hewan Qurban

Membaca basmalah tatkala hendak menyembelih hewan. Dan ini merupakan syarat yang tidak bisa gugur baik karena sengaja, lupa, ataupun jahil (tidak tahu). Bila dia sengaja atau lupa atau tidak tahu sehingga tidak membaca basmalah ketika menyembelih, maka dianggap tidak sah dan hewan tersebut haram dimakan. Ini adalah pendapat yang rajih dari perbedaan pendapat yang ada.

6. Tempat Menyembelih Hewan Qurban

Yang masyhur dari perbuatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya adalah mereka menyembelih hewan qurban di tempat domisili mereka. Inilah sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal tempat penyembelihan. Bahkan beliau punya kebiasaan menyembelih hewan qurban di tanah lapang tempat shalat Ied…

7. Waktu Penyembelihan Hewan Qurban

Awal waktu menyembelih hewan qurban adalah setelah shalat Ied secara langsung, tidak dipersyaratkan menunggu hingga selesai khutbah. Bila di sebuah tempat tidak terdapat pelaksanaan shalat Ied, maka waktunya diperkirakan dengan ukuran shalat Ied. Dan barangsiapa yang menyembelih sebelum waktunya maka diqadha pada waktunya bila qurbannya wajib karena nadzar….

8. Memilih Hewan Qurban

Perlu dipahami bahwa berqurban tidaklah sah kecuali dengan hewan ternak yaitu unta, sapi, atau kambing. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: ِ“Supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rizki yang telah Allah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (Al-Hajj: 28)….

9. Qurban, Keutamaan dan Hukumnya

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.” (Al-Hajj: 36)

10. Mendulang Mutiara Hikmah dari Perjalanan Hidup Nabi Ibrahim ‘alaihissalam

Kisah-kisah agung dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam adalah peneguhan nyata akan tauhid. Ketaatan dan keimanan yang luar biasa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mewujud pada tindakan yang niscaya akan teramat berat ditunaikan manusia pada umumnya. Sebuah keteladanan yang mesti kita tangkap dan nyalakan dalam kehidupan kita.

Acara Pemutaran Video Kristenisasi

Acara Pemutaran Video Kristenisasi
Acara ini telah kita lakukan sejak 1 bulan pasca gempa di kab. padang pariaman, di mesjid-mesjid dan sekolah-sekolah yang ada di kab. dan kota padang pariaman